LAPORAN HASIL PRAKTIKUM FISIKA

Kelompok 5
Anggota :
-
Dadan Firmansyah
-
Dita Adyansyah
-
Jason Albert H
-
Novi Kandiyah
-
Tri Yuliani
Kelas : MIPA 7
SMA NEGERI 1 BANJAR
Jalan K. H
Mustofa No. 1 Telp. (0265) 741192 Banjar 46311
Website: www.sman1banjar.sch.id E-mail :smansa_bjr@gmail.com
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan ke hadirat Allah SWT yang atas perkenan-Nya kami telah menyelesaikan
penyusunan laporan pratikum Fisika tentang pembiasan pada kaca plan paralel.
Laporan praktikum ini dibuat
dengan tujuan untuk memenuhi tugas pelajaran Fisika dan membuat pembaca
mengetahui tentang pembiasan pada kaca plan paralel.
Masukan dari
berbagai pihak atas segala kekurangan yang masih terdapat dalam laporan
praktikum ini akan sangat bermanfaat bagi pengembangan dan perbaikannya di
kemudian hari.
Penyusun
1.
JUDUL : Pembiasan
pada kaca plan paralel
2.
TUJUAN
1.Menentukan
indeks bias kaca plan paralel.
2.Menentukan pergeseran sinar pada kaca plan paralel.
3.
DASAR TEORI
Pembiasan cahaya adalah peristiwa penyimpangan atau
pembelokan cahaya karena melalui dua medium yang berbeda kerapatan optiknya. Arah pembiasan cahaya dibedakan menjadi dua
macam yaitu :
a. Mendekati garis normal
Cahaya dibiaskan
mendekati garis normal jika cahaya merambat dari medium optik kurang rapat ke
medium optik lebih rapat, contohnya cahaya merambat dari udara ke dalam air.
b. Menjauhi garis normal
Cahaya dibiaskan
menjauhi garis normal jika cahaya merambat dari medium optik lebih rapat ke
medium optik kurang rapat, contohnya cahaya merambat dari dalam air ke udara.
Syarat-syarat
terjadinya pembiasan :
1) Cahaya melalui
dua medium yang berbeda kerapatan optiknya;
2) Cahaya datang
tidak tegaklurus terhadap bidang batas (sudut datang lebih kecil dari 90o)
Beberapa
contoh gejala pembiasan yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari
diantaranya :
1. Dasar
kolam terlihat lebih dangkal bila dilihat dari atas.
2. Kacamata
minus (negatif) atau kacamata plus (positif) dapat membuat jelas pandangan bagi
penderita rabun jauh atau rabun dekat karena adanya pembiasan.
3. Terjadinya pelangi setelah turun hujan.
Hukum Snell
Pada sekitar
tahun 1621, ilmuwan Belanda bernama Willebrord Snell (1591 –1626) melakukan
eksperimen untuk mencari hubungan antara sudut datang dengan sudut bias. Hasil
eksperimen ini dikenal dengan nama hukum Snell yang berbunyi :
1.
sinar datang, garis normal, dan sinar bias
terletak pada satu bidang datar.
2.
hasil bagi sinus sudut datang dengan sinus
sudut bias merupakan bilangan tetap dan disebut indeks bias.
Ketika
cahaya melintas dari suatu medium ke medium lainnya, sebagian cahaya datang
dipantulkan pada perbatasan. Sisanya lewat ke medium yang baru. Jika seberkas
cahaya datang membentuk sudut terhadap permukaan (bukan hanya tegak lurus),
berkas tersebut dibelokkan pada waktu memasuki medium yang baru. Pembelokan ini
disebut Pembiasan.
Sudut bias
bergantung pada laju cahaya kedua media dan pada sudut datang. Hubungan
analitis antara q1 dan q2 ditemukan secara eksperimental
pada sekitar tahun 1621 oleh Willebrord Snell .
Hubungan ini
dikenal sebagai Hukum Snell dan dituliskan:
n1
sin q1 = n2 sin q2
q1 adalah sudut datang, dan q2 adalah
sudut bias (keduanya diukur terhadap garis yang tegak lurus permukaan antara
kedua media). n1 dan n2
adalah indeks-indeks bias materi tersebut. Berkas-berkas datang dan bias berada
pada bidang yang sama, yang juga termasuk garis tegak lurus terhadap permukaan.
Hukum Snell merupakan dasar Hukum pembiasan.
Jelas
dari hukum Snell bahwa jika n2 > n1,
maka q2 > q1, artinya jika cahaya
memasuki medium dimana n lebih besar (dan lajunya lebih kecil), maka
berkas cahaya dibelokkan menuju normal. Dan jika n2 >
n1, maka q2 > q1,
sehingga berkas dibelokkan menjauhi normal
Sinar yang masuk
bidang pembias I akan sejajar dengan sinar yang keluar dari bidang pembias II
dan mengalami pergeseran. Pergeseran sinar tersebut dirumuskan :
t = d sin (i-r)/cos
r
4.
LKS
Alat dan Bahan :
- Busur derajat -
Penggaris
-
Jarum pentul - Kertas
-
Styrofoam - Pensil
- Kaca plan parallel -
Penghapus
Langkah
Percobaan
1.
Letakan kaca
plan paralel pada 1 kertas untuk 3x percobaan.
2.
Beri garis
dibagian tepi kaca untuk mengukur ketebalan kaca (d).
3.
Gambar garis
tegak lurus terhadap garis kaca plan paralel.
4.
Buatlah sudut
datang (i) 30 derajat.
5.
Tancapkan 2
jarum pentul pada ujung-ujung sinar datang yang telah di gambar.
6.
Amatilah kedua
jarum pentul yang di tancapkan pada sinar datang, dari sisi kaca yang lain
dengan menancapkan 2 jarum pentul agar kedua jarum pentul tersebut kelihatan
berimpit dengan jarum pentul yang tertancap pada sinar datang.
7.
Ambil kaca plan
paralel dan tarik garis penghubung antara dua jarum pentul pada sinar bias
kaca.
8.
Tarik garis
penghubung antara sinar datang dengan sinar bias.
9.
Buat garis untuk
mengukur t ukur (tu) dan ukur sudut bias kaca (r).
10. Ulangi langkah 1-9 sebanyak 2 kali dengan besar
sudut 45 dan 60 derajat.
5.
HASIL PRAKTIKUM
Tabel
No
|
(i)
|
(r)
|
![]() |
![]() |
t
ukur
|
1
|
30°
|
21°
|
![]() |
0,92
|
1
|
2
|
45°
|
28°
|
![]() |
1,81
|
2
|
3
|
60°
|
35°
|
![]() |
2,77
|
3
|
6.
KESIMPULAN
1. Sinar yang
melalui dua medium berbeda yaitu kaca dan udara (dalam percobaan) akan
mengalami perubahan kecepatan dengan indikasi pembelokan sinar. Hal ini disebut
pembiasan cahaya. Indeks bias akan membuat pergeseran dari sudut datang semula.
2. Semakin
kecil sudut sinar datang maka pergeseran sinarnya kecil, dan apabila semakin
besar sudut sinar datang maka pergeseran sinarnya akan besar pula. Apabila
kerapatannya lebih tinggi dari udara, maka sinar mengalami pembiasan mendekati
garis normal. Sebaliknya, ketika sinar dari kaca keluar menuju medium yang
tingkat kerapatannya lebih rendah juga mengalami pembiasan, tetapi pembiasannya
menjauhi garis normal.
terimakasih ka, sangat membantu :-)
BalasHapuskembali kasih, semoga bermanfaat :))
HapusTerima Kasih kak benar-benar sangat bermanfaat, semoga semakin banyak pembacanya
BalasHapus